Pro kontra seputar rencana memasukkan komodo ke dalam new seven wonders tampaknya masih terus menuai
perdebatan. Kendati banyak fihak mulai dari masyarakat, media
elektronik seperti TVOne, pejabat pemerintahan, mentri sampai presiden
gencar melakukan himbauan agar seluruh rakyat Indonesia memberikan dukungan terhadap hewan warisan pra sejarah itu melalui pesan singkat atau SMS ke konten provider 9818. Namun sikap berbeda juga datang dari kelompok lain, utamanya dari kalangan akademisi dan antropolog.
Menurut
Prof. Putra Sastrawan, mantan PR III Univ. Udayana sekaligus peneliti
komodo sejak tahun 1969, ajakan untuk menjadikan komodo menjadi salah
satu 7 keajaiban dunia serta imbauan SBY kepada mentri-mentrinya untuk mendukung pulau komodo menjadi salah satu keajaiban dunia adalah salah menurut etika sebab menurut Putra yang
dibutuhkan satwa purba itu bukan promosi melainkan konservasi. “ Kalau
soal popularitas Komodo sudah dikenal masyarakat Internasional sejak
tahun 1912. Jadi tanpa masuk new seven wonders pun hewan itu sudah terkenal di manca negara.” demikian komentar prof. Putra Sastrawan pada suarasurabaya.net Kamis (20/10) lalu.
Sementara itu di sis lain duta untuk pulau Komodo, mantan wakil presiden H.M.
Yusuf Kalla mengatakan dukungan rakyat terhadap pulau komodo bukan
semata-mata dimaksudkan untuk mengejar pengakuan dunia melainkan lebih
kepada upaya membangkitkan roda perekonomian nasional khususnya
di provinsi Nusa Tenggara Timur. “ Jadi dengan mendukung pulau komodo
berarti turut memberi andil bagi pembangunan ekonomi di provinsi NTT.
Karena akan menjadi DTW.” Ujar ketua PMI pusat itu pada wartawan di
Jakarta Senin ( 17/10)
Silang
pendapat sebagaimana ditulis di atas tentu saja menarik perhatian
banyak fihak termasuk saya. Betapa tidak, hewan yang bernama latin Varanus Komodoensis ini adalah satu-satunya
satwa yang tersisa dari zaman purba. Tak terbayangkan berapa besar dosa
yang harus dipikul manakala hewan yang dikenal sebagai hewan ajaib
karena dapat berenegerasi dengan cara parthenogenesis,- pembuahan tanpa melalui proses perkawinan, ini punah akibat dari kekeliruan yang kita lakukan saat sekarang. Sebab kalau itu yang terjadi komodo di benak anak cucu kita pastilah hanya sebatas gambar di buku-buku pelajaran. Ini tentu sebuah musibah yang harus dihindari.
Untuk itu mumpung belum terlambat ada baiknya kita menelisik
seberapa besar manfaat yang bisa didapat andaikata komodo jadi masuk
menjadi new 7 wonders dan apapula kerugiannya. Karena dengan mengetahui
manfaat dan kerugiannya kita berharap masyarakat menjadi
tercerahkan sehingga bisa menentukan sikap apakah mendukung atau tidak
dengan nurani yang objektif. Bukan hanya sekedar ikut-ikutan apalagi
terprovokasi oleh himbauan tokoh-tokoh yang belum tentu jelas kebenarannya.
Diantara
beberapa alasan umum yang dikemukakan para pendukung pulau komodo
menjadi new 7 wonders antara lain : Pertama, bisa menaikkan tingkat popularitas bangsa Indonesia di mata International. Kedua , menggerakkan roda perekonomian nasional, dan ketiga, menyelamatkan komodo dari kepunahan.
Sementara yang menentang berargumentasi : Pertama ,lembaga new 7 wonders bukan lembaga resmi dibawah naunngan UNESCO sehingga keredibilitasnya diragukan. Kedua, bahwa komodo tidak butuh pengenalan diri karena sudah lama dikenal dunia, persisnya sejak dipublikasikan pada jurnal ilmiah dunia tahun 1912. Alasan ke tiga adalah skala perioritas, dimana mereka berasumsi bahwa penguatan stake holder
yang ada di sekitar habitat komodo jauh lebih urgen dibanding sekedar
mengejar popularitas karena berdasarkan penelitian populasi komodo
sekarang sudah jauh berkurang. Menjadi 3000 ekor pada tahun
2000 dari jumlah semula 5.500 ekor pada rentang waktu 1969 – 1970.
Begitu pula dari segi ukuran tubuh. Terjadi penyusutan sekitar 12 meter
dari 3,24 m menjadi 3,12 m dalam kurun waktu 31 tahun ( 1969 -2000 ).
Penyebab semua itu ditengarai tidak lain karena berkurangnya suplai makanan di sekitar habitat komodo. Perubahan iklim sebagai akibat ulah manusia seperti pembabatan dan pembakaran hutan. Pembuangan limbah pertambangan serta perburuan rusa liar yang dilakukan secara tidak terkendali.
Dari gambaran di atas sekarang kita tentu bisa memprediksi apa yang akan terjadi manakala Pulau Komodo berhasil masuk menjadi tujuh keajaiban dunia. Yang pasti semua mata dunia akan semakin tertuju kesana. Selain itu arus pariwisata pun akan
meningkat berlipat-lipat. Jika pemerintah tidak sigap mengantisipasinya
dengan regulasi yang ketat dan tegas maka apa yang kita khawatirkan
bukan tidak mungkin akan menjadi kenyataan.
Begitu
pula dengan konsep tata ruang yang hendak dikembangkan. Sebuah DTW
pasti membutuhkan pranata pendukung seperti hotel, resort, dan tempat
bersantai lainnya. Kalau salah planning, alih-alih memakmurkan masyarakat di sana, yang ada malah penggusuran dengan dalih untuk kepentingan pariwisata.
Oleh karena itu saya secara pribadi berkesimpulan lebih baik membiarkan komodo-komodo itu hidup alamiah seperti sekarang. Hidup tenang berdampingan dengan masyarakt sekitar yang dengan setia sudah menjaga para Ora – sebutan penduduk untuk komodo, dari kepunahan. Tidak diusik dengan berbagai kepentingan yang sejatinya sedikitpun tidak bersinggungan dengan mereka.
Meskipun demikian andai bangsa ini tetap
menginginkan pulau komodo tetap menjadi bagian dari 7 keajaiban dunia
silahkan saja asal rambu-rambu untuk menjaga kelestarian Dragon Komodo ini tetap menjadi skala prioritas utama. Sebab apa yang saya gambarkan bukan berarti sikap berbeda saya merupakan harga mati. Bagi
saya yang utama adalah keselamatan populasi Komodo. Masuk atau tidak
sepanjang itu bisa menjamin habitat mereka berkembang biak tentu harus
kita dukung.
Dan tulisan ini seperti saya sebut di awal hanya bertujuan memberi pencerahan agar
semua fihak bisa objektf dalam bersikap. Tidak asal ikut-ikutan. Karena
sekali kita salah melangkah efeknya akan dirasakan oleh generasi
sesudah kita sampai akhir zaman. Dan sejujurnya, saya tidak mau menjadi salah seorang yang dicatat sejarah sebagai biang kerok penyebab kepunahan Komodo. Bagaimana dengan anda ?. (**)
Sumber: kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar