Jumat, 23 September 2011

MEMBANGUN MOTIFASI POSITIF


Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan.
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.

BEBERAPA TEORI MOTIFASI
A.    Abraham Maslow (1943-1970)
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting, yaitu:
a.       Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
b.      Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
c.       Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
d.      Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
e.       Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.

B.     Herzberg (1966)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya factor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).


C.    Vroom (1964)
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
Ø  Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
Ø  Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
Ø  Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau negatif. Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapanMotivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan

D.    Clayton Alderfer ERG
 Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerakk yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi. 

E.      Mc Clelland (1961),
 yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
Ø Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
Ø Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow)
Ø Need for Power (dorongan untuk mengatur)
Salah satu permasalahan penting bagi pimpinan dalam suatu organisasi ialah bagaimana memberikan motivasi kepada karyawan untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Dalam hal ini, pimpinan dihadapkan suatu persoalan bagaimana dapat menciptakan situasi agar bawahan dapat memperoleh kepuasan secara individu dengan baik dan bagaimana cara memotivasi agar mau bekerja berdasarkan keinginan dan motivasi untuk berprestasi yang tinggi.
Menurut konsep sistem organisasi yang ideal, aktivitas atau pekerjaan suatu organisasi merupakan suatu kolektivitas sehingga dalam setiap penyelesaian rangkaian pekerjaan seorang karyawan dituntut untuk bekerja sama, saling terkait dan tidak akan melepaskan diri dengan karyawan lain dalam organisasi itu. Dalam sebuah organisasi, yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana menciptakan keharmonisan dan keserasian dalam setiap pelaksanaan kegiatan atau aktivitas kerja tersebut.
Keharmonisan dan keserasian tersebut dapat tercipta jika sistem kerja dibuat rukun dan kompak sehingga tercipta iklim yang kondusif. Hal ini akan membuat para  karyawan termotivasi untuk bekerja dengan optimal yang pada akhirnya tujuan organisasi dapat terwujud dengan tingkat efisien dan efektivitas yang tinggi. Seseorang cenderung bekerja dengan penuh semangat apabila kepuasan dapat diperolehnya dari pekerjaannya dan kepuasan kerja karyawan merupakan kunci pendorong moral, kedisiplinan, dan prestasi kerja karyawan dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan (Hasibuan, 2003:203). Kepuasan kerja yang tinggi atau baik akan membuat karyawan semakin loyal kepada perusahaan atau organisasi.
Bila seseorang termotivasi, ia akan berusaha berbuat sekuat tenaga untuk mewujudkan apa yang diinginkannya. Namun belum tentu upaya yang keras itu akan menghasilkan produktivitas yang diharapkan, apabila tidak disalurkan dalam arah yang dikehendaki organisasi. Oleh karena itu, upaya harus diarahkan dan lebih konsisten dengan tujuan ke dalam sasaran organisasi.
Unsur kebutuhan berarti suatu keadaan internal yang menyebabkan hasil-hasil tertentu tampak menarik. Suatu kebutuhan yang tidak terpuaskan akan menciptakan tegangan yang merangsang dorongan-dorongan di dalam diri individu. Dorongan ini menimbulkan suatu perilaku pencarian untuk menemukan tujuan-tujuan tertentu yang apabila tercapai akan memenuhi kebutuhan itu dan mendorong ke pengurangan tegangan.
Oleh karena itu, melekat di dalam definisi motivasi adalah bahwa kebutuhan individu itu sesuai dan konsisten dengan tujuan dan sasaran organisasi. Apabila nilai ini tidak terjadi, maka akan terwakili individu-individu yang mengeluarkan tingkat biaya tinggi, yang sebenarnya berlawanan dengan kepentingan organisasi. Rendahnya produktivitas dan motivasi karyawan yang dihadapi sebenarnya merupakan permasalahan klasik namun selalu up to date untuk didiskusikan.
Dengan motivasi diri yang kuat, kita mampu melewati masa-masa sulit. Martin Luther King, Jr. mengatakan bahwa "Ukuran akhir seorang manusia bukanlah saat ia berdiri saat nyaman, melainkan berdiri saat ada tantangan dan kontroversi." Dalam Hal ini Motivasi diri adalah kunci utamanya. Berikut 5 tips sederhana motivasi diri yang sukses:
a.       Think Positive atau Berpikir positif setiap saat.
b.      Be Your Positive self. Jadilah diri anda yang positif.
c.       Act like a motivator. Bertindaklah layaknya seorang motivator handal. Dan berikan motivasi pada diri anda ketika sedang dalam keadaan down.
d.      Motivate another people. Emerson mengatakan "Tidak ada yang membantu orang lain tanpa membantu dirinya sendiri." Membantu orang lain berarti membantu diri anda. Berikan motivasi diri bagi mereka yang sedang membutuhkan, dan rasakan perubahan besar dalam diri anda.
e.       Give Thanks. Berterima kasihlah pada siapa saja dan dengan alasan apa saja.


“Saya pasti bisa menjadi yang terbaik karena saya yang terbaik”




Peran Pemerintah dan Lembaga Pendidikan Didalam Mendorong Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM)

Usaha Micro Kecil dan Menengah (UMKM) harus diakui sebagai kekuatan strategis dan penting bagi pertumbuhan ekonomi untuk mempercepat pembangunan daerah. Peranan UMKM bukan hanya dirasakan daerah namun, berpengaruh posotif bagi perekonomian suatu negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Pertumbuhan Usaha Mikro kecil dan Menengah setiap tahun mengalami peningkatan, dimana jumlah UMKM di Indonesia pada tahun 2008 sebanyak 48,9 Juta unit, dan terbukti memberikan kontribusi 53,28% terhadap PDB (Pendapatan Domestik Bruto) dan 96,18% terhadap penyerapan tenaga kerja. Selama 7 tahun (2001 - 2008) pertumbuhan UMKM di Indonesia mencapai 8,9 juta unit usaha.
Dari data tersebut di atas, berarti kita tidak boleh mengabaikan keberadaan UMKM yang strategis baik secara nasional maupun di daerah. UMKM memiliki posisi penting, bukan saja dalam penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraan masyarakat di daerah, dalam banyak hal mereka menjadi perekat dan menstabilkan masalah kesenjangan sosial. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu upaya untuk menumbuhkan iklim kondusif bagi perkembangan UMKM dalam mempercepat pembangunan daerah.
Pertumbuhan UMKM terhitung cukup memuaskan, namun kondisi dilapangan menunjukan keterbatasan UMKM misalnya dalam hal sumber dana usaha (financial), akses pemasaran, pengorganisasian, manajemen dan penguasan teknologi.
Ø  Masalah financial
v  Banyaknya UMKM yang belum mengenal seluk-beluk dunia pebank-an, disebabkan belum adanya manajemen yang baik
v  Bunga kredit untuk investasi maupun modal kerja cukup tinggi
v  Kurangnya akses ke sumber dana formal yg disebabkan tidak tersedianya informasi yang memadai
Ø  Masalah manajemen
v  Keterbatasan sumber daya manusia
Kebanyakan UMKM adalah usaha keluarga yang mempekerjakan anggota keluarga dan orang dekat sebagai pegawai untuk menghemat biaya produksi sehingga tidak banyak pilihan dalam perekrutan pegawai yang menyebabkan sedikitnya SDM yang memadai.
v  Kurangnya kreaktivitas
Para pengusaha UMKM cenderung nyaman dengan cara lama.
Ø  Masalah pemasaran
v  Pengetahuan pemasaran
Sistem asal jadi tanpa memperhatikan kebutuhan pasar menjadi kendala yang cukup serius. Kurangnya pengetahuan teknologi informasi juga menjadi kendala dalam meningkatkan pemasaran. Hal ini sangat dibutuhkan untuk memperluas wilayah pemasaran.
v  Rendahnya daya beli masyarakat, sebagian besar konsumen UMKM adalah masyarakat kelas menengah kebawah. Dari segi jumlah konsumen UMKM cukup banyak. Namun karena pada umumnya pendapatan kelompok ini masih sangat rendah, maka daya beli mereka terhadap produk UMKM juga sangat rendah. Sementara itu kelompok elite masyarakat yg berpendapatan tinggi tidak banyak menggunakan produk industry kecil dan lebih banyak menggunakan produk industry besar yg lebih mampu memuaskan citra rasa mereka. Dalam situasi seperti ini UMKM di Indonesia mengalami kesulitan berkembang
v  Adanya praktek monopoli pasar oleh industry kapitalis. Hal ini menghambat perkembangan dan pertumbuhan UMKM di Indonesia. Selain UMKM menghadapi persaingan dengan industry besar dalam pemasaran, pemilik UMKM juga menghadapi persaingan dengan industry besar dalam mendapatkan bahan baku. Industry besar mendapatkan bahan baku dengan harga lebih rendah dan biaya proses produksi yang lebih rendah sehingga harga produk yg dihasilkan industry besar relati lebih rendah. Sedangkan UMKM memperoleh bahan baku dgn harga yg lebih tinggi dan biaya produksi yg lebih tinggi, dengan demikian harga produk industri UMKM lebih tinggi

Peran pemerintah???
Tidak bisa dipungkiri bahwa UMKM akan kalah saing dengan industry besar ketika sama-sama bergerak dalam bisnis yg sama. Namun, UMKM masih terus bisa dikembangkan di Indonesia. Begitu banyak sumber daya alam yg dapat diberdayan menjadi lahan bisnis. Katakana saja, pemberdayaan ubi kayu dan kelapa menjadi sabun, pemberdayaan tepung sagu di Maluku, pemberdayaan pariwisata.
            Menjadi persoalan ketika UMKM yang sudah dijalankan secara turun temurun harus gulung tikar karena kehadiran pemodal besar (industry besar). Hukum rimba berlaku, ikan kecil harus menjadi korban atau mengalah kepada ikan besar. Ketika usaha kerajinan yg dijalankan sudah menjadi bagian dari budaya local, hal ini menjadi dilemma bagi pelaku UMKM. Disatu sisi mereka harus mempertahankan budaya mereka, disisi lain mereka menggantungkan hidup mereka di usaha yang mereka jalankan. Namun, kedua ambisi tersebut harus dikorbankan oleh kedatangan pemodal besar. Hal ini bisa kita lihat persaolan pengrajin batik.
            Disini kita harapkan peran pemerintah untuk menrtibkan proses bisnis yg berlaku di Indonesia. Pemerintah harus membuat kebijakan untuk mengatur tentang lingkungan bisnis yg bisa dan tidak dimasuki industry besar. Hal ini semata-mata demi melindungi UMKM dari monopoli indutri besar.
           

Peran lembaga pendidikan???