Jauh sebelum para petani kentang melempari
kantor Menteri Perdagangan akibata rusaknya harga kentang oleh kentang
impor, sebenarnya sudah diketahui bahwa produk China telah berhasil membonceng distribusi produk lokal.
Fenomena munculnya produk China di sentra perdagangan dan sentra
industri, seperti produk batik di pasar klewer Solo maupun produk
konveksi di Bandung, menunjukkan bahwa produk China telah berada di
dalam jantung urat nadi distribusi barang lokal.
Perdagangan bebas ASEAN dan China (ACFTA) benar-benar wujud keberhasilan
intelejen ekonomi China untuk memperkuat ekonomi negaranya, karena
melalui ACFTA kiata tak lagi bisa semena-mena menghalangi produk-produk
China membanjir ke negeri kita. Di sisi lain, kekayaan alam kita
mendapatkan penawaran bagus di China, sehingga China bisa memperkuat
struktur industrinya.
Dengan penduduk banyak tanpa basis manufaktur tapi tetap mencetak
pertumbuhan ekonomi, maka Indonesia adalah market yang bener-bener bikin
horny. Tapi di jaman penuh ketidakpastian ini, siapa yang berani
menjamin bahwa konsumen Indonesia bakal tidak bernasib sama dengan
konsumen Amerika yang luluh lantak akibat sub-prime mortgage?
Kini kita melihat bahwa RIM memilih untuk berada di luar struktur
industri manufaktur ekonomi Indonesia, sehingga memilih membuat
pabriknya di Malaysia. Tapi tetap saja menjadi bagian dari struktur
pemasaran di Indonesia, yang berarti menyedot pendapatan masyarakat dan
sedikit memberi kontrbus.
Mengingat sedemikain kompleks tantangan ekonomi yang dihadapi Indonesia,
intelejen ekonomi akan mendapat tugas yang amat sangat berat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar