Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk
melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai
rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup.
Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan.
Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk
memperoleh kesuksesan dalam kehidupan.
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu
untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini
adalah intensitas, arah, dan ketekunan.
Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan
seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan
prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang
menguntungkan organisasi. Sebaliknya
elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama
seseorang dapat mempertahankan usahanya.
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang
bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat
seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan
pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang
atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi
ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di
pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi
seperti status ataupun kompensasi.
BEBERAPA TEORI MOTIFASI
A.
Abraham Maslow (1943-1970)
Abraham Maslow (1943;1970)
mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia
menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan
dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan
Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif
psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar
terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian
sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang
penting, yaitu:
a.
Kebutuhan fisiologis
(rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
b.
Kebutuhan rasa aman
(merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
c.
Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
d.
Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan
serta pengakuan)
e.
Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif:
mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan
aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.
B.
Herzberg (1966)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor
yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai
kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya factor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik).
Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk
didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan
sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang
untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement,
pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).
C.
Vroom (1964)
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of
motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia
yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat
dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang
ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
Ø
Ekspektasi (harapan)
keberhasilan pada suatu tugas
Ø
Instrumentalis, yaitu
penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu
tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
Ø
Valensi, yaitu respon
terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau negatif. Motivasi
tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapanMotivasi rendah
jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan
D.
Clayton Alderfer ERG
Clayton Alderfer
mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan
keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth).
Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa
jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia
akan kembali pada gerakk yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu
kewaktu dan dari situasi ke situasi.
E.
Mc Clelland (1961),
yang dikemukakan
oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi
kebutuhan manusia, yaitu:
Ø
Need for achievement
(kebutuhan akan prestasi)
Ø
Need for afiliation
(kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow)
Ø
Need for Power
(dorongan untuk mengatur)
Salah satu permasalahan
penting bagi pimpinan dalam suatu organisasi ialah bagaimana memberikan
motivasi kepada karyawan untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Dalam hal ini,
pimpinan dihadapkan suatu persoalan bagaimana dapat menciptakan situasi agar
bawahan dapat memperoleh kepuasan secara individu dengan baik dan bagaimana
cara memotivasi agar mau bekerja berdasarkan keinginan dan motivasi untuk
berprestasi yang tinggi.
Menurut konsep sistem
organisasi yang ideal, aktivitas atau pekerjaan suatu organisasi merupakan
suatu kolektivitas sehingga dalam setiap penyelesaian rangkaian pekerjaan
seorang karyawan dituntut untuk bekerja sama, saling terkait dan tidak akan melepaskan
diri dengan karyawan lain dalam organisasi itu. Dalam sebuah organisasi, yang
menjadi perhatian utama adalah bagaimana menciptakan keharmonisan dan keserasian
dalam setiap pelaksanaan kegiatan atau aktivitas kerja tersebut.
Keharmonisan dan
keserasian tersebut dapat tercipta jika sistem kerja dibuat rukun dan kompak
sehingga tercipta iklim yang kondusif. Hal ini akan membuat para karyawan termotivasi untuk bekerja dengan
optimal yang pada akhirnya tujuan organisasi dapat terwujud dengan tingkat
efisien dan efektivitas yang tinggi. Seseorang cenderung bekerja dengan penuh
semangat apabila kepuasan dapat diperolehnya dari pekerjaannya dan kepuasan
kerja karyawan merupakan kunci pendorong moral, kedisiplinan, dan prestasi
kerja karyawan dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan (Hasibuan,
2003:203). Kepuasan kerja yang tinggi atau baik akan membuat karyawan semakin
loyal kepada perusahaan atau organisasi.
Bila seseorang
termotivasi, ia akan berusaha berbuat sekuat tenaga untuk mewujudkan apa yang
diinginkannya. Namun belum tentu upaya yang keras itu akan menghasilkan
produktivitas yang diharapkan, apabila tidak disalurkan dalam arah yang dikehendaki
organisasi. Oleh karena itu, upaya harus diarahkan dan lebih konsisten dengan
tujuan ke dalam sasaran organisasi.
Unsur kebutuhan berarti
suatu keadaan internal yang menyebabkan hasil-hasil tertentu tampak menarik.
Suatu kebutuhan yang tidak terpuaskan akan menciptakan tegangan yang merangsang
dorongan-dorongan di dalam diri individu. Dorongan ini menimbulkan suatu
perilaku pencarian untuk menemukan tujuan-tujuan tertentu yang apabila tercapai
akan memenuhi kebutuhan itu dan mendorong ke pengurangan tegangan.
Oleh karena itu, melekat
di dalam definisi motivasi adalah bahwa kebutuhan individu itu sesuai dan
konsisten dengan tujuan dan sasaran organisasi. Apabila nilai ini tidak
terjadi, maka akan terwakili individu-individu yang mengeluarkan tingkat biaya tinggi,
yang sebenarnya berlawanan dengan kepentingan organisasi. Rendahnya produktivitas
dan motivasi karyawan yang dihadapi sebenarnya merupakan permasalahan klasik
namun selalu up to date untuk didiskusikan.
Dengan
motivasi diri yang kuat, kita mampu melewati masa-masa sulit.
Martin Luther King, Jr. mengatakan bahwa "Ukuran akhir seorang manusia
bukanlah saat ia berdiri saat nyaman, melainkan berdiri saat ada tantangan dan
kontroversi." Dalam Hal ini Motivasi diri adalah kunci
utamanya. Berikut 5 tips sederhana motivasi diri yang sukses:
a.
Think Positive atau Berpikir
positif setiap saat.
b.
Be Your
Positive self. Jadilah diri anda yang positif.
c.
Act like a
motivator. Bertindaklah layaknya seorang motivator handal. Dan berikan
motivasi pada diri anda ketika sedang dalam keadaan down.
d.
Motivate
another people. Emerson mengatakan "Tidak ada yang membantu
orang lain tanpa membantu dirinya sendiri." Membantu orang lain
berarti membantu diri anda. Berikan motivasi diri bagi mereka
yang sedang membutuhkan, dan rasakan perubahan besar dalam diri anda.
e.
Give Thanks.
Berterima kasihlah pada siapa saja dan dengan alasan apa saja.
“Saya pasti bisa
menjadi yang terbaik karena saya yang terbaik”
pertanyaan saya sederhana, kk..
BalasHapusMotivasi pake "f" apa "v"? :p
pakai V eno...hehehe...mgomong2 soal motivasi baca deh bukunya Steven Covey, aplicable & simple sama gited hands pasti langsung termotivasi ^_^
BalasHapusRetno, ga perlu lagi aq jawab khan??? heheh
BalasHapusseng penting khan pesanya sampe...
Ruth: bukunya bahasa indo or inggris. kalo bahsa inggri, natar repot bacanya, hehehe...